Jumat, 28 September 2007

Insya Allah


Sepasang muda-mudi tampak mesra bercengkrama di kerindangan pohon kamboja yang sedang mekar, samping TPU Bojong Kenyot. Maklum, di dusun itu yang namanya café masih produk langka, apalagi mall-mall dan sejenisnya.

“kamu sayang ma aku kan ?” Tanya si cewe manja.

“iya, aku sayang kamu”, jawab si cowo mantab dengan muka berseri.

“Makasih, tapi kamu janji ya, kudu setia dan gak boleh ninggalin aku lho”

“Insya Allah”, lugas cowo itu menjawab.

“kok pake insya Allah ??!!”, protes si cewe dengan muka cemberut.

“Lho kan kita gak tahu apa yang bakal terjadi nanti ??!”, si cowo gak mau ngalah.

“Aku tahu !! tapi gak usah ngomong gitu. Emang gak bisa dalam hati aja !!”, protes si cewe tambah kenceng

?????????????????!!!!!!!!!!!!!”….. tuing..tuing……PLETAKK !!!

Insya Allah, ya kata itu sering kita denger dan sering kita ucapkan. Namun, kebanyakan dari kita, jujur aja nih ya? Terkadang kalo kita mo janjian ma seseorang, trus orang itu ngucap insya Allah, dalam hati pasti langsung terbersit, “ah, paling2 gak jadi”, “ah, gak usah terlalu berharap”. Bener gak ? palagi bila yang ngomong itu terkenal sebagai orang bokis. Udah deh, buruk sangka udah berkecamuk di benak.


Salah Kaprah !! sekali lagi itu kesalahan dalam penggunaan dan penerapan ucapan “Insya Allah”. Sering sekali dan banyak kali, ucapan “Insya Allah” digunakan buat “penghalalan” pengingkaran janji atau menganggap enteng sebuah janji. Sehingga orang yang dapat janji pun bakal meremehkan janji yang dia dapatkan bila di embel-embelin ucapan “Insya Allah”. Hayoo ngaku ?!

Padahal tahu enggak, seorang Nabi Muhammad SAW yang sangat mulia, yang terkenal kejujurannya, yang telah mendapatkan jaminan masuk surga saja mendapat teguran dari Allah SWT. Hanya gara-gara beliau tidak mengucap “Insya Allah” saat berjanji untuk menceritakan tentang roh, kisah penghuni gua (ashabul Kahfi) dan kisah Zulkarnain kepada beberapa orang Quraisy yang bertanya hal tersebut kepada beliau.

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَداً

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,

إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَداً

kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". [Al Kahfi : 23-24]

Tuh kan…dua ayat di atas jadi pelajaran buat kita-kita orang, bagaimana sangat perlunya mengucap “Insya Allah” bila kita menjanjikan sesuatu atau akan berbuat sesuatu. Insya Allah itu artinya “jika Allah menghendaki”. Jadi bila “Insya Allah” itu gak terucap saat janji terbuat, berarti kita sudah mencoba-coba mendahului kehendak-NYA. Lancang betul kita……mana bisa ?? bener gak ? Lembar merah seratusan, capex deh !!

Dan yang gak kalah pentingnya, bila sudah berjanji dan gak lupa mengucapkan “Insya Allah”, kita harus sungguh-sungguh memenuhi janji itu. Ingat ! janji itu adalah hutang, janji itu juga termasuk amanah. Bagaimana tidak beruntungnya manusia yg tidak bisa memegang janji atau amanah atas dirinya. Moga kita tidak termasuk di dalamnya yo..amiinn.

Jadilah Manusia yang Beruntung


Ada tujuh buah sifat yang menjadikan kita menjadi mu’min yang beruntung.

  1. Beriman
  2. Khusyu’ dalam sholatnya
  3. Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfaat
  4. Menunaikan Zakat
  5. Menjaga kemaluannya, kecuali kepada istri sendiri.
  6. Memelihara amanat dan janji yang diembannya
  7. Memelihara sholatnya

Insya Allah, bila tujuh poin di atas sudah dalam genggaman kita, maka surga Firdaus itulah harta warisan kita kelak. Gak percaya ?? hayooo….coba buka Al Quran surah Al Mu’minun (23), ayat 1 – 11. Nah disitu tertulis dengan gamblangnya. Gimana, Mau ?

Rabu, 26 September 2007

Sabar dan Sholat itu Solusi


Bismillahirohmanirrohim,

Mari sejenak mengamati dan merenungi (bukan mendengkur :p) ayat ke-45 dari surah Al Baqarah dibawah ini :


وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, [Al Baqarah : 45]


Kalau boleh diambil kesimpulan secara sederhana dari ayat diatas, maka orang yang sabar itu kudu sholat dan orang sholat itu meski sabar. Dan bila keduanya diracik secara tepat, maka segala macam problematika hidup bakal ketemu solusinya. Bener gak ?

Kalau diintip dari kosakatanya, ada kata hubung “dan” bukan “atau” di antara kata “sabar” dengan kata “shalat”. Berarti berdasarkan ayat tersebut, sabar dan sholat tidak dapat kita pisahkan. Keduanya mempunyai kedudukan yang seimbang dan saling berkaitan. Gak bakal maksimal kalo cuma ngambil salah satu diantaranya, dan meninggalkan satu lainnya sebagai solusi.

Orang yang sabar namun gak sholat, berarti kesabarannya belum sempurna. Masih ada yang kurang klop, dan bisa jadi itu tidak masuk dalam kategori sabar, melainkan nrimo alias pasrah. Pun dengan orang yang sholatnya gak pernah bolong, namun kok gak sabaran dan gampang keok. Bisa jadi sholatnya belum khusyu, dia baru mengerjakan sholat, namun belum mendirikan dan memelihara sholatnya.

Jadi, kalo mau berusaha dalam hidup, jadikan sabar dan shalat sebagai solusi tepat guna. Jangan cuma sabar tok, tapi sholatnya absent. Jangan hanya sholat doank, tapi emosian, grusah-grusuh pecicilan dan gampang nyerah kalo ketemu masalah.

Gimana saudaraku ? pertanyaan bakal kembali ke diri gue dan pribadi kalian masing-masing; “sudahkah kita jadikan sholat dan sabar sebagai kendaraan dalam melintasi segala ketetapan-NYA dan mencapai ridho-NYA ? “

Selasa, 25 September 2007

Kemiskinan itu Berbahaya


Ada satu hadist yang memang sebagian ulama mengatakan salah satu perawi dari hadist tersebut lemah. Hadist itu berbunyi “

كاد الفقر أن يكون كفرا

Hampir-hampir kefakiran itu mendekati kekafiran.

[HR.Al-’Uqoiliy dalam Adh-Dhu’afa’ (419), dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (3/53) dari jalur Sufyan, dari Al-Hajaj dari Yazid bin Aban al-Raqqasyi]

Namun terlepas dari lemah tidaknya hadist tersebut, patut kita perhatikan isi dan kandungan makna yang tersurat dengan jelas pada hadist diatas. Perputaran zaman telah membuktikannya.

Miskin memang sangat dekat dengan kekufuran. Banyak kasus yang telah membuktikan hal tersebut. Ambil contoh kasus dukun maut di Lebak, Banten, yang membunuh kedelapan pasiennya. Semua menjadi korban akibat ingin kaya secara instant. Mentang-mentang sekarang zaman serba instant, kayapun maunya instant..hehehe.

Tuhan telah tergantikan dengan impian menjadi kaya mendadak, keluar secara spontan…. WUUZZZ…. dari kemiskinan. Belum lagi banyak praktek-praktek pesugihan, dari babi ngepet, kebo ngepet sampai memelihara tuyul.Tuyul kok dipelihara, peliharaan yang aneh.

Kasus terbaru terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anton Bae dari lembaga Analisis Informasi (Essai), hampir 60 % pekerja yang tidak berpuasa dari kalangan miskin (Detik,23/09/07). Mereka terdiri dari buruh bangunan, sopir angkot, tukang becak dsb. Alasannya, mereka mengaku tidak kuat berpuasa akibat dari tuntutan pekerjaan yang memporsir tenaga. Mereka juga mengatakan, selama bulan ramadhan ini, mereka harus bekerja lebih keras dari bulan2 biasanya untuk mengejar target penghasilan untuk hadapi lebaran.

Terbukti adanya hubungan hadist diatas dengan kehidupan nyata saat ini. Tugas buat kita kaum muslimin, kaum mayoritas di tanah air. Keluarkan zakat, keluarkan 2.5 % dari penghasilan kita buat mereka. Bila semua yang merasa mampu sadar zakat, insya Allah tidak ada lagi orang tak berpuasa karena harus bekerja 2x lipat agar bisa lebaran.

Senin, 24 September 2007

Tingkah Kalian Itu Lho Bikin Malu (FPI)



Tadi
pagi liat cuplikan berita di tv swasta nasional, terucap secara spontan “astagfirullah”. Trus hati ini bertanya “Kok bisa-bisanya ngakunya puasa ngehajar orang siang hari bolong ?”

Katanya orang puasa itu musti sabar, mana contohnya ? katanya Front Pembela Islam, tapi tingkah lakunya kok jauh dari kesan islami. Yang Islam kok cuman pakainnya, putih2, pake baju gamis n berkupluk putih. Mana sifat2 islami yang anda miliki paklek ?

Di Ciamis, Front Pembela Islam mengobrak-abrik warung2 yang buka pada siang hari. Memukuli orang-orang yang kedapatan lagi pada makan di situ, hingga ada ibu yg histeris melihat warungnya diacak-acak. Kok tingkahnya gak beda jauh ma preman pasar ya paklek ?

Halooo……!!! bukannya ibadah itu kuncinya cuman dua, pertama, ikhlas karena Allah dan yang kedua itu kudu sesuai dengan apa yg dicontohkan Rosulullah, kudu berada diatas sunnah. Jadi kenapa nonjok orang yang gak puasa, ? apa paklek sekalian yang merasa paling muslim mengharapkan mereka yang kena bogem mentah paklek besoknya langsung puasa ikhlas karena Allah atau karena takut bogem mentah paklek?

Trus paklek bangga, kerena aksi brutal kalian, warung2 itu pada tutup. Bangga udah lebih hebat dari Allah ? apa gak ada cara lain yang lebih beradab, yang lebih simpatik dan manusiawi ?

kenapa gak bikin aksi pengajian, atau khotbah di halaman warung-warung itu. Cuek aja, anggap gak ada yang lagi makan diwarung itu. Isi khotbah tentang keutamaan puasa di bulan ramadhan. Insya Allah bisa dijamin, orang2 yang lagi makan pasti langsung keselek, si empunya warung bakal blingsatan risih sendiri.

Ingat, sebagaimanapun lelakunya, manusia itu pasti masih punya hati nurani. Jadi, tugas kita semua untuk menggelitik nurani2 itu,Nurani-nurani yang sudah semakin kecil terhimpit keduniawian jangan tambah dihimpit dengan rasa antipati kepada agama karena ulah paklek2 sekalian yang belum dewasa dalam beragama dan bermasyarakat.

Nasi Telah Menjadi Bubur


Menyesali sesuatu yang telah terjadi itu wajar, rasa sesal itu pasti ada karena kita manusia. Nasi telah menjadi bubur, itu kata pepatah.

Namun, jangan terus sesal itu membuat kita berdiam diri dalam kubangan penyesalan tanpa berbuat sesuatu. Memang bubur takkan mungkin berubah kembali jadi nasi, semustahil kita untuk dapat memutar waktu kembali ke belakang. Tak perlu memaksa diri untuk kembali mengulang masa lalu…karena itu sia-sia.

Nasi adalah gambaran masa lalu, dan bubur itu wujud saat ini, sekarang dan kedepan. Nasi telah menjadi bubur, sudahlah, biarkan nasi itu jadi bubur, yang terpenting sekarang bagaimana nasi yang telah jadi bubur ini bisa bermanfaat. Sekarang waktunya untuk berkreasi, bagaimana agar bubur itu menjadi santapan yang lezat, menarik dan menyehatkan dan tentunya mengenyangkan.

Mau dikasih cincangan daging ayam, OK, dikasih serutan keju dan gilingan daging sapi..hmmm lezaatt.. atau cuma dikasih kecap juga enak. Jadi, intinya tergantung bagaimana pintar-pintar kita dalam mengolahnya. Supaya bubur tak tersia-siakan dan terbuang percuma, agar masa depan tak terlewatkan begitu saja. Hadapkan muka kedepan dan melangkahlah. Berbekal kreasimu akan hidup untuk memilih jalan mana yang terbaik buatmu.

Lha wong enak pagi2 makan bubur ayam kok.. :)

Thanks my Sis……Kuta Food Court, 10:00 pm,16/08.