Sabtu, 20 Oktober 2007

Sebuah Konsistensi

Bulan Ramadhan telah berlalu beberapa hari yang lalu. Hari kemenangan, Idul fitri pun telah dirayakan oleh umat muslim seluruh dunia (meskipun hari H-nya pada belum kompak…hehehehe).

Selama Ramadhan, umat muslim berlomba-lomba (bukan lomba balap karung) meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya. Yang semula sholat 5 waktunya pada ompong, pada saat Ramadhan menjadi full gak pake discount. Lima waktu pas, gak kurang dan gak lebih (kalo lebih bi’dah namanya). Yang biasanya getol nonton telenovela dan baca roman picisan, jadi rajin tadarusan, rajin baca Quran dan ibadah – ibadah sunnah lainnya…. Alhamdulillah.

Tapi yang jadi pertanyaan buat gue pribadi “kenapa semua itu hanya selama Ramadhan saja ?” Selepas Ramadhan, lepas semuanya. Lima waktunya lepas, kembali ompong. Al Quran berlalu dari pandangan, kembali mojok manis di lemari. Mushola-mushola kembali menyendiri, sepi dari jamaah.

Benar kata kebanyakan orang “lebih sulit mempertahankan daripada meraih sesuatu”. Perlu pengorbanan dan kesungguhan niat yang lebih untuk mempertahankannya, perlu yang namanya konsistensi. Konsistensi adalah tindakan terus-menerus yang di dasari niat kuat dan sungguh-sungguh.

Ramadhan, bulan penuh berkah yang baru saja lewat kemarin itu merupakan ajang untuk pelatihan diri. Waktu pelatihan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia-manusia semacam kita ini untuk mempersiapkan bekal mengisi bulan-bulan selanjutnya hingga bertemu Ramadhan berikutnya. Demikian terulang terus hingga ajal menjemput kita masing-masing, tutup usia dengan sukses. Melatih konsistensi kita untuk kembali ke fitrah manusia, yaitu sebagai khalifah, sebagai seorang hamba yang tugasnya beribadah kepada-NYA dan senantiasa berusaha berjalan di atas jalan-NYA. Konsistensi dalam mengemban amanah-amanah-NYA.


Mari hidupkan ibadah secara konsisten, terus menurus seperti jalan raya yang tiada pernah terputus. Jadikan seolah-olah ramadhan bukan hanya sebulan doank, melainkan seumur hidup kita, sepanjang tarikan nafas. Jangan jadikan ibadah kita sebagai ibadah musiman, ya kalau gak musimnya ya gak ibadah.. kayak musim mangga aja. Pas musim mangga, dimana – mana gampang banget nyari mangga berbagai jenis, pas gak musim susahnya minta ampun 7 turunan. Kita kan pada gak tahu kapan akan “dibeli”, ya gak ??!

Moga kita menjadi orang-orang yang konsisten dalam ibadahnya….amiiiinn.

Senin, 08 Oktober 2007

Halte Kehidupan


Halte itu nampak ramai, semua orang sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang sibuk menelephon, ada yang duduk-duduk menunggu, ada yang asyik baca Koran, ada pedagang asongan dan siapa tahu, ada segelintir copet menunggu mangsanya.

Nampak sebuah andong... eh bus berhenti tepat didepan halte tersebut. Beberapa orang bergegas naik, sedang yang lain kembali sibuk habiskan waktu menunggu. Bus itupun berlalu menghantarkan penumpang ke tujuan. Silih berganti, hilir mudik orang-orang datang dan pergi, sesuai dengan tujuan dan keperluan masing-masing. Namun tiada yang akan berdiam selamanya di halte itu saat bus yang ditunggu datang.

Hmmm….seperti itu pula kehidupan di dunia ini. Hakikatnya semua manusia sedang menunggu “bus” yang akan menghantarkan ke tujuan akhir, tujuan setelah kesibukan di dunia ini, tempat yang tertulis dengan gamblang dalam kitab suci Al Quran, akhirat.

Meski hanya menunggu, meskipun dunia hanya tempat singgah sementara. Bukan berarti kita cuman ongkang-ongkang kaki, habiskan waktu hingga “jemputan” itu datang. Namun waktu menunggu itu harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Periksa bus yang akan datang, agar tidak tersesat ke tujuan yang berbeda. Periksa bekal yang anda punya, jangan sampai saat naik bus, kita tidak punya ongkos buat ngebayarnya..bisa berabe kan ?

Jadikan dunia ini untuk mencari bekal sebaik-baiknya, manfaatkan untuk memakmurkannya tanpa melalaikan kewajiban kita sebagai seorang hamba yang akan menuju “kesana”. Jangan silau oleh gemerlap lampu di sekitar halte, jangan lalai olehnya dan jangan berdiam pasrah, menunggu teriakan kernet yang membuyarkan lamunan, yang tanpa sadar, dompet sudah berpindah tangan. Pergi meninggalkan dunia tanpa cukup bekal. Waspadalah..waspadalah….

Jumat, 05 Oktober 2007

Membuka Pintu Ridho-Nya

Seorang anak nampak kebingungan, clingak-clinguk kayak monyet salah imunisasi di depan pintu yang tertutup, rapat terkunci. Sepertinya dia ingin memasuki pintu itu, namun dia tidak tahu, dengan apa dan bagaimana pintu tersebut dapat ia buka.

Menit berganti jam dan detik-detik telah tercecer bersama waktu. Namun anak itu tetap seperti saat semula tadi, dan pintu itu tetap tertutup kokoh tak bergeming. Sampai ubanan tuh anak, pintu gak kebuka-buka. Mana gak ada tukang es cendol lewat, kasihan banget.


Pintu kokoh itu cerminan gerbang menuju ridho-NYA. Anak itu gambaran gue, kamu, kalian dan semua umat Islam yang jelas gak bisa tersebut satu-persatu namanya (bisa kapalan jari ini buat ngetikin atu-atu :p). Dengan apa dan bagaimana pintu dapat terbuka, adalah syarat beribadah itu sendiri.

Nah..gimana agar pintu itu terbuka ?? Gimana supaya ridho Allah SWT kita dapatkan ?? Perlu dua langkah yang harus terpenuhi :

Pertama, punya anak kunci yang cocok terlebih dahulu. Meskipun punya anak kunci, namun kalau gak cocok, gimana mau bisa buat buka tuh pintu. Anak kunci yang cocok bisa didapatkan hanya dengan cara beribadah secara ikhlas semata-mata karena Allah, bukan yang lain. Ibadah khusyu’, bukan karena ingin disayang mertua, bukan karena ingin naik jabatan, bukan karena ingin dapet THR double dan bukan kerena-karena yang lain.

Kedua, harus bisa menggunakannya. Lho kok ? ya donk ! Meskipun punya anak kunci yang pas, tapi kalo sampeyan salah ngegunain, salah nyolokin. Alih-alih pintu akan terbuka, boro-boro ridho Allah akan kita dapatkan, yang ada malah anak kunci bakalan patah, alias ibadah yang udah kita lakukan sampe keringatan segeda duren bakal tertolak. Jadi yang kita butuhkan adalah tuntunan, panduan dan contoh menggunakan anak kunci yang ada di genggaman tangan kita. Semua bisa di dapatkan melalui ajaran dan tuntunan dari Rasulullah.

Jadi, untuk mendapatkan ridho Allah, orang-orang macam kita ini kudu ibadah secara ikhlas lillahi ta’ala, tertuju ibadah hanya dan demi-NYA. Dan sesuai dengan tuntunan dan contoh ajaran dari Nabi Muhammad SAW. Bila dua hal ini kita amalkan dalam tiap ibadah apapun itu, insya Allah senyum bahagia senantiasa menghiasi wajah kita, dunia – akhirat…………..amiiiinnn ya Rabb.

Jumat, 28 September 2007

Insya Allah


Sepasang muda-mudi tampak mesra bercengkrama di kerindangan pohon kamboja yang sedang mekar, samping TPU Bojong Kenyot. Maklum, di dusun itu yang namanya café masih produk langka, apalagi mall-mall dan sejenisnya.

“kamu sayang ma aku kan ?” Tanya si cewe manja.

“iya, aku sayang kamu”, jawab si cowo mantab dengan muka berseri.

“Makasih, tapi kamu janji ya, kudu setia dan gak boleh ninggalin aku lho”

“Insya Allah”, lugas cowo itu menjawab.

“kok pake insya Allah ??!!”, protes si cewe dengan muka cemberut.

“Lho kan kita gak tahu apa yang bakal terjadi nanti ??!”, si cowo gak mau ngalah.

“Aku tahu !! tapi gak usah ngomong gitu. Emang gak bisa dalam hati aja !!”, protes si cewe tambah kenceng

?????????????????!!!!!!!!!!!!!”….. tuing..tuing……PLETAKK !!!

Insya Allah, ya kata itu sering kita denger dan sering kita ucapkan. Namun, kebanyakan dari kita, jujur aja nih ya? Terkadang kalo kita mo janjian ma seseorang, trus orang itu ngucap insya Allah, dalam hati pasti langsung terbersit, “ah, paling2 gak jadi”, “ah, gak usah terlalu berharap”. Bener gak ? palagi bila yang ngomong itu terkenal sebagai orang bokis. Udah deh, buruk sangka udah berkecamuk di benak.


Salah Kaprah !! sekali lagi itu kesalahan dalam penggunaan dan penerapan ucapan “Insya Allah”. Sering sekali dan banyak kali, ucapan “Insya Allah” digunakan buat “penghalalan” pengingkaran janji atau menganggap enteng sebuah janji. Sehingga orang yang dapat janji pun bakal meremehkan janji yang dia dapatkan bila di embel-embelin ucapan “Insya Allah”. Hayoo ngaku ?!

Padahal tahu enggak, seorang Nabi Muhammad SAW yang sangat mulia, yang terkenal kejujurannya, yang telah mendapatkan jaminan masuk surga saja mendapat teguran dari Allah SWT. Hanya gara-gara beliau tidak mengucap “Insya Allah” saat berjanji untuk menceritakan tentang roh, kisah penghuni gua (ashabul Kahfi) dan kisah Zulkarnain kepada beberapa orang Quraisy yang bertanya hal tersebut kepada beliau.

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَداً

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,

إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَداً

kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". [Al Kahfi : 23-24]

Tuh kan…dua ayat di atas jadi pelajaran buat kita-kita orang, bagaimana sangat perlunya mengucap “Insya Allah” bila kita menjanjikan sesuatu atau akan berbuat sesuatu. Insya Allah itu artinya “jika Allah menghendaki”. Jadi bila “Insya Allah” itu gak terucap saat janji terbuat, berarti kita sudah mencoba-coba mendahului kehendak-NYA. Lancang betul kita……mana bisa ?? bener gak ? Lembar merah seratusan, capex deh !!

Dan yang gak kalah pentingnya, bila sudah berjanji dan gak lupa mengucapkan “Insya Allah”, kita harus sungguh-sungguh memenuhi janji itu. Ingat ! janji itu adalah hutang, janji itu juga termasuk amanah. Bagaimana tidak beruntungnya manusia yg tidak bisa memegang janji atau amanah atas dirinya. Moga kita tidak termasuk di dalamnya yo..amiinn.

Jadilah Manusia yang Beruntung


Ada tujuh buah sifat yang menjadikan kita menjadi mu’min yang beruntung.

  1. Beriman
  2. Khusyu’ dalam sholatnya
  3. Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfaat
  4. Menunaikan Zakat
  5. Menjaga kemaluannya, kecuali kepada istri sendiri.
  6. Memelihara amanat dan janji yang diembannya
  7. Memelihara sholatnya

Insya Allah, bila tujuh poin di atas sudah dalam genggaman kita, maka surga Firdaus itulah harta warisan kita kelak. Gak percaya ?? hayooo….coba buka Al Quran surah Al Mu’minun (23), ayat 1 – 11. Nah disitu tertulis dengan gamblangnya. Gimana, Mau ?

Rabu, 26 September 2007

Sabar dan Sholat itu Solusi


Bismillahirohmanirrohim,

Mari sejenak mengamati dan merenungi (bukan mendengkur :p) ayat ke-45 dari surah Al Baqarah dibawah ini :


وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, [Al Baqarah : 45]


Kalau boleh diambil kesimpulan secara sederhana dari ayat diatas, maka orang yang sabar itu kudu sholat dan orang sholat itu meski sabar. Dan bila keduanya diracik secara tepat, maka segala macam problematika hidup bakal ketemu solusinya. Bener gak ?

Kalau diintip dari kosakatanya, ada kata hubung “dan” bukan “atau” di antara kata “sabar” dengan kata “shalat”. Berarti berdasarkan ayat tersebut, sabar dan sholat tidak dapat kita pisahkan. Keduanya mempunyai kedudukan yang seimbang dan saling berkaitan. Gak bakal maksimal kalo cuma ngambil salah satu diantaranya, dan meninggalkan satu lainnya sebagai solusi.

Orang yang sabar namun gak sholat, berarti kesabarannya belum sempurna. Masih ada yang kurang klop, dan bisa jadi itu tidak masuk dalam kategori sabar, melainkan nrimo alias pasrah. Pun dengan orang yang sholatnya gak pernah bolong, namun kok gak sabaran dan gampang keok. Bisa jadi sholatnya belum khusyu, dia baru mengerjakan sholat, namun belum mendirikan dan memelihara sholatnya.

Jadi, kalo mau berusaha dalam hidup, jadikan sabar dan shalat sebagai solusi tepat guna. Jangan cuma sabar tok, tapi sholatnya absent. Jangan hanya sholat doank, tapi emosian, grusah-grusuh pecicilan dan gampang nyerah kalo ketemu masalah.

Gimana saudaraku ? pertanyaan bakal kembali ke diri gue dan pribadi kalian masing-masing; “sudahkah kita jadikan sholat dan sabar sebagai kendaraan dalam melintasi segala ketetapan-NYA dan mencapai ridho-NYA ? “

Selasa, 25 September 2007

Kemiskinan itu Berbahaya


Ada satu hadist yang memang sebagian ulama mengatakan salah satu perawi dari hadist tersebut lemah. Hadist itu berbunyi “

كاد الفقر أن يكون كفرا

Hampir-hampir kefakiran itu mendekati kekafiran.

[HR.Al-’Uqoiliy dalam Adh-Dhu’afa’ (419), dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (3/53) dari jalur Sufyan, dari Al-Hajaj dari Yazid bin Aban al-Raqqasyi]

Namun terlepas dari lemah tidaknya hadist tersebut, patut kita perhatikan isi dan kandungan makna yang tersurat dengan jelas pada hadist diatas. Perputaran zaman telah membuktikannya.

Miskin memang sangat dekat dengan kekufuran. Banyak kasus yang telah membuktikan hal tersebut. Ambil contoh kasus dukun maut di Lebak, Banten, yang membunuh kedelapan pasiennya. Semua menjadi korban akibat ingin kaya secara instant. Mentang-mentang sekarang zaman serba instant, kayapun maunya instant..hehehe.

Tuhan telah tergantikan dengan impian menjadi kaya mendadak, keluar secara spontan…. WUUZZZ…. dari kemiskinan. Belum lagi banyak praktek-praktek pesugihan, dari babi ngepet, kebo ngepet sampai memelihara tuyul.Tuyul kok dipelihara, peliharaan yang aneh.

Kasus terbaru terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anton Bae dari lembaga Analisis Informasi (Essai), hampir 60 % pekerja yang tidak berpuasa dari kalangan miskin (Detik,23/09/07). Mereka terdiri dari buruh bangunan, sopir angkot, tukang becak dsb. Alasannya, mereka mengaku tidak kuat berpuasa akibat dari tuntutan pekerjaan yang memporsir tenaga. Mereka juga mengatakan, selama bulan ramadhan ini, mereka harus bekerja lebih keras dari bulan2 biasanya untuk mengejar target penghasilan untuk hadapi lebaran.

Terbukti adanya hubungan hadist diatas dengan kehidupan nyata saat ini. Tugas buat kita kaum muslimin, kaum mayoritas di tanah air. Keluarkan zakat, keluarkan 2.5 % dari penghasilan kita buat mereka. Bila semua yang merasa mampu sadar zakat, insya Allah tidak ada lagi orang tak berpuasa karena harus bekerja 2x lipat agar bisa lebaran.

Senin, 24 September 2007

Tingkah Kalian Itu Lho Bikin Malu (FPI)



Tadi
pagi liat cuplikan berita di tv swasta nasional, terucap secara spontan “astagfirullah”. Trus hati ini bertanya “Kok bisa-bisanya ngakunya puasa ngehajar orang siang hari bolong ?”

Katanya orang puasa itu musti sabar, mana contohnya ? katanya Front Pembela Islam, tapi tingkah lakunya kok jauh dari kesan islami. Yang Islam kok cuman pakainnya, putih2, pake baju gamis n berkupluk putih. Mana sifat2 islami yang anda miliki paklek ?

Di Ciamis, Front Pembela Islam mengobrak-abrik warung2 yang buka pada siang hari. Memukuli orang-orang yang kedapatan lagi pada makan di situ, hingga ada ibu yg histeris melihat warungnya diacak-acak. Kok tingkahnya gak beda jauh ma preman pasar ya paklek ?

Halooo……!!! bukannya ibadah itu kuncinya cuman dua, pertama, ikhlas karena Allah dan yang kedua itu kudu sesuai dengan apa yg dicontohkan Rosulullah, kudu berada diatas sunnah. Jadi kenapa nonjok orang yang gak puasa, ? apa paklek sekalian yang merasa paling muslim mengharapkan mereka yang kena bogem mentah paklek besoknya langsung puasa ikhlas karena Allah atau karena takut bogem mentah paklek?

Trus paklek bangga, kerena aksi brutal kalian, warung2 itu pada tutup. Bangga udah lebih hebat dari Allah ? apa gak ada cara lain yang lebih beradab, yang lebih simpatik dan manusiawi ?

kenapa gak bikin aksi pengajian, atau khotbah di halaman warung-warung itu. Cuek aja, anggap gak ada yang lagi makan diwarung itu. Isi khotbah tentang keutamaan puasa di bulan ramadhan. Insya Allah bisa dijamin, orang2 yang lagi makan pasti langsung keselek, si empunya warung bakal blingsatan risih sendiri.

Ingat, sebagaimanapun lelakunya, manusia itu pasti masih punya hati nurani. Jadi, tugas kita semua untuk menggelitik nurani2 itu,Nurani-nurani yang sudah semakin kecil terhimpit keduniawian jangan tambah dihimpit dengan rasa antipati kepada agama karena ulah paklek2 sekalian yang belum dewasa dalam beragama dan bermasyarakat.

Nasi Telah Menjadi Bubur


Menyesali sesuatu yang telah terjadi itu wajar, rasa sesal itu pasti ada karena kita manusia. Nasi telah menjadi bubur, itu kata pepatah.

Namun, jangan terus sesal itu membuat kita berdiam diri dalam kubangan penyesalan tanpa berbuat sesuatu. Memang bubur takkan mungkin berubah kembali jadi nasi, semustahil kita untuk dapat memutar waktu kembali ke belakang. Tak perlu memaksa diri untuk kembali mengulang masa lalu…karena itu sia-sia.

Nasi adalah gambaran masa lalu, dan bubur itu wujud saat ini, sekarang dan kedepan. Nasi telah menjadi bubur, sudahlah, biarkan nasi itu jadi bubur, yang terpenting sekarang bagaimana nasi yang telah jadi bubur ini bisa bermanfaat. Sekarang waktunya untuk berkreasi, bagaimana agar bubur itu menjadi santapan yang lezat, menarik dan menyehatkan dan tentunya mengenyangkan.

Mau dikasih cincangan daging ayam, OK, dikasih serutan keju dan gilingan daging sapi..hmmm lezaatt.. atau cuma dikasih kecap juga enak. Jadi, intinya tergantung bagaimana pintar-pintar kita dalam mengolahnya. Supaya bubur tak tersia-siakan dan terbuang percuma, agar masa depan tak terlewatkan begitu saja. Hadapkan muka kedepan dan melangkahlah. Berbekal kreasimu akan hidup untuk memilih jalan mana yang terbaik buatmu.

Lha wong enak pagi2 makan bubur ayam kok.. :)

Thanks my Sis……Kuta Food Court, 10:00 pm,16/08.